Menjadi Muslim di Edinburgh Skotlandia

Menjadi minoritas di negeri orang adalah pengalaman yang berwarna warni. Sebagai muslim, hidup di Inggris tidaklah menjadi susah, karena penerimaan masyarakatnya yang baik.

MACAM-MACAM MUSLIM

Di Edinburgh tak sulit bertemu muslim, dan tak sulit untuk menandainya. Sekali-kali kita akan melihat orangnya di Central Mosque berjamaah dan melihatnya kembali di bis atau di toko. Salah seorang security penjaga supermarket LidL di City Centre ternyata seorang muslim, saya pernah melihatnya sehabis jumatan di Central Mosque. Salah seorang pustakawan di Kings Buildings University of Edinburgh juga seorang muslim, saya biasa berjamaah dengannya di Praying Room di Kings Buildings.

Muslim di Edinburgh di dominasi dari Arab, Pakistan, dan Afrika. Sebagian besar muslim berkulit berwarna. Sebagian kecil berkulit putih dan ras asli inggris.

Selesai shalat jumat para jamaah di Central Mosque biasanya berkumpul di luar mesjid saling berjabat tangan, kemudian berpelukan dan bercengkerama. Kadang sampai bikin macet orang yang mau keluar dari pintu belakang. Setiap minggu selalu begitu, shalat jumat menjadi waktunya saling berbagi kabar.

Kami yang dari Asia Tenggara semacam Indonesia dan Malaysia juga biasanya bertemu di depan mesjid selepas jumatan. Jumlah teman-teman asal Malaysia selalu lebih banyak, kadang-kadang saya dikira orang Malaysia. Kalau saya perhatikan, setiap jumatan ada turis malaysia yang datang ke Edinburgh untuk liburan. Malaysia memang mendapat kemudahan bebas visa dari Inggris sebagai sesama negara Commonwealth, itulah sebabnya mereka banyak ke Edinburgh, disamping kemampuan ekonominya yang relatif lebih baik. Kadang-kadang saya juga bertemu dengan orang Indonesia yang sedang ada pelatihan di London kemudian jalan2 ke Edinburgh, sekali-kali ketemu mahasiswa Indonesia dari Kota lainnya.

Di kelas saya ada beberapa orang muslim juga. Satu orang dari Malaysia, namanya Q, dua orang dari Saudi Arabia yaitu Badar dan Asis, seorang Scotish berdarah asli Palestina bernama Saad.

Seorang lagi teman dari negara kaya minyak pecahan uni soviet bernama Joni. Awalnya saya berpikir kawan Kazakhs ini bukan muslim karena sebelumnya saya tak pernah melihatnya berjamaah di Mesjid Central Mosque ataupun praying room di Kings Building. Sekali waktu saya bertemu dengannya di sekitaran George Square ketika saya akan shalat jumat di Central Mosque dan dia sedang mendorong sepedanya.
“Hi Ahmad, where are you going?”
“Hi man, I’m gonna praying” kataku sambil menunjuk mesjid
“Oo, you are a moslem” katanya
Hanya itu saja, dia tak mendeklarasikan dirinya muslim juga, dan kemudian dia mendorong sepedanya ke arah berbeda.

Aku dan si Q kadang bertanya-tanya itu teman kita muslim apa bukan sih, soalnya namanya ada unsur2 arab-arabnya sedikit. Dibelakang namanya ada ulla.

Hingga kemudian satu semester berlalu, nilai-nilai ujian sudah keluar. Beberapa orang nampak kecewa dengan para dosen yang Raja Tega. Ada yang masih tak percaya berusaha menenangkan diri. Masalahnya tak ada pengulangan. Kawan ini dapat nilai sangat rendah di salah satu mata kuliah, kalau tak salah ingat nilainya 20 dari 100, dan dimata kuliah lain nilainya jelek juga.
Saya bertanya kepada dia
“How was your mark?”
“Dont ask me man, very bad” jawabnya dengan lusuh

Habis itu saya tak bertanya lagi. Pas waktu shalat dzhuhur, saya berjalan menuju ke Praying Room yang terletak di Chaplaincy Kings Building. Ketika saya berjalan melewati Cafetaria kawan ini memanggil saya.

“Are you going to shalah?” Tanyanya
Lo dia tahu nih shalat, kata saya dalam hati
“I am going with you, only Allah can help me in this situation, man”
Kamipun berjalan bersama, sejak itu saya sering bertemu dengannya di Central Mosque atau di Praying Room di Kings Buolding.

Dua orang Arab temanku tadi, satu orang sering saya lihat di Praying Room,satunya lagi tak pernah sekalipun ketemu, tapi dia muslim.

Yang paling sering saya temui adalah Saad dan Q. Saya sering bertemu dengan teman-teman Malaysia di Kings Building. Bisa dibilang, saya satu-satunya mahasiswa muslim asal Indonesia di Kings Building, ada juga sih yang muslim lain tapi mahasiswi.

Pada masa-masa awal kuliah, saat duduk di Praying Room menunggu jamaah, temab-teman beewajah melayu biasanya menghampiri dan bertanya dalam bahasa “darimana?”. Saya jawab ” Indonesia”, dan mereka akan bercerita kalau sebelumnya ada juga satu orang Indonesia lain yang kuliahnya di KB. Teman-teman Melayu yang bertanya ini asal Malaysia.

TEMPAT IBADAH

lebaran iduladha_DSC_0681
Suasanan di dalam Central Mosque (2013)

Lokasi shalat bagi muslim di Edinburgh tidaklah sulit didapatkan, khususnya bagi mahasiswa. Ada Central Mosque yang merupakan mesjid besar di Poterrow beedekatan dengan University of Edinbugh di Central Area. Kapasitasnya bisa mencapai 1000 orang dan ada balkonnya buat jamaah wanita.Mesjid ini dibiayai oleh Raja Saudi Arabia waktu itu Raja Fahd. Ada juga mesjid di Roxburgh, cuma saya tak pernah kesana jadi tak bisa cerita.

Shalat jumat dipusatkan di Central Mosque. Khatibnya biasanya berbahasa Arab dan Inggris, tapi 3/4 khutbahnya adalah bahasa arab. Shalat jumat selalu dimulai jam 13.00, meskipun waktu shalat zuhur bisa lebih maju dari itu. Hal ini dilakukan untuk menunggu para jamaah yang bekerja kantoran menyesuaikan dengan jam istirahatnya.
Di musim dingin (winter), bulan november merupakan hari terpendek, seringkali shalat jumat langsung dirangkaikan dengan shalat ashar berjamaah, karena ashar biasanya pada jam 13.45. :).

Shalat jumat di Central Mosque selalu ramai. Khatibnya biasanya berbahasa Arab 80% dan Inggrisnya 20%. Lebih sering saya tak mengerti apa yang diucapkannya dibanding mengertinya.

IMG_20131129_133117
Shalat Jumat di King’s Buildings (2014)

Di Kings Building sendiri, Praying room berada di gedung chaplaincy. Chaplaincy memiliki beberapa ruangan. Salah satu ruangannya adalah mushollah yang bisa menampun sekitar 20 orang Jamaah. Selalu cukup untuk menampung jamaah yang memang tak banyak. Di Mushollah ini juga dilaksanakan shalat jumat, meskipun jumlah jamaahnya tak pernah sampai 40 orang. Jadwal shalat berjamaah ditempel dan diupdate setiap beberapa hari karena perubahan jam shalat yang bisa berubah karena musim. Biasanya yang selalu menyesuaikan adalah jadwal shalat dzhuhur yang digeser, kadang mendekati jadwal shalat ashar di musim dingin.

Pernah sekali waktu, saya berada di Kings Building di hari jum’at saat masa menyusun Thesis, waktu itu adalah libur summer sehingga banyak mahasiswa yang libur kecuali yang memang sedang mengerjakan thesis. Saya sudah menunggu lama, tapi tak ada jamaah tambahan yang datang, sekitar 30 menit menunggu datang dua orang lagi. Kami saling memandang dan kemudian berniat untuk shalat dzuhur saja. Tapi salah seorang jamaah berkebangsaan Arab menawarkan solusi : Kita tetap shalat jumat bertiga, dia jadi khatib dan sekaligus imam. Bertiga kami setuju. Khotbah pendek dalam 3 menit disampaikan oleh Sang Khatib, kemudian dilanjutkan shalat jumat 2 rakaat, kami jumatan dengan sukses :).

HARI RAYA

Idul adha dan idul fitri dirayakan dengan semarak bagi muslim di Edinburgh. Meski tak ada hari libur, tapi umat muslim merayakannya dengan menghadiri shalat Ied di Mesjid. Pada hari raya idul adha, shalat dilaksanakan dalam 2 shift karena banyaknya jemaah, sementara untuk idul fitri shalat Ied sampai 3 kali shift karena jamaah lebih banyak.

Bagi pelajar dan warga Indonesia di Edinburgh, hari raya adalah saatnya mengenang dan mencicipi masakah khas kampung halaman Indonesia. Kami berkumpul dan mengadakan syukuran metode pot luck, dimana setiap orang membawa makanan atau minuman untuk dinikmati bersama. Di acara inilah kami bisa makan rendang, soto madura, siomay, coto makassar, sate, tempe goreng dan macam-macam masakan Indonesia lainnya. Acara kumpul bareng ini juga dihadiri oleh warga Indonesia non muslim.

warga indo_DSC_0807
Halal Bihalal Warga Indonesia Setelah Idul Adha (2014)

TOLERANSI

Negeri ratu Elizabeth bukanlah negara dengan mayortitas muslim. Islam minoritas di negara ini. Persentase muslimnya berdasarkan sensus tahun 2011 hanya 4.5% dari total populasi , tetapi agama ini adalah agama terbesar kedua setelah kristen (wikipedia). Di Skotlandia sendiri persentasenya hanya 1.45%. UK adalah negara sekuler yang memisahkan kehidupan beragama dari pemerintahan. Tak ada Menteri Agama, tetapi hak-hak beragama dijamin oleh Undang-undang.

Tentu disetiap tempat ada juga orang-orang yang tak toleran terhadap yang berbeda. Saya pernah menjumpainya dalam perjalanan dari St. Andrews ke Edinburgh, begitu tahu saya seorang muslim, 2 orang penumpang mencecar saya dengan pertanyaan apa maksud saya sebenarnya datang ke UK, apakah saya akan mengebom juga, tapi itu lebih karena mereka dalam keadaan pengaruh minuman keras. Selebihnya saya merasakan kehangatan orang-orang UK. Landlord, sopir, penjaga toko, lecturer, teman kuliah, tetangga rumah semuanya OK-OK saja. Istri saya bisa dengan nyaman menggunakan jilbab tanpa pernah dilecehkan.

Namun isu-isu mengenai muslim sering muncul di media. Kadang tone-nya  baik seperti ini, kadang juga tone-nya agak menohok kayak gini. UK merupakan salah satu pengekspor relawan ISIS yang menyebabkan berita-berita mengenai ISIS di UK rasa-rasanya lebih ramai di UK dibanding di Indonesia.  ISIS juga menggunakan anak muda dari UK yang fasih berbahasa Inggris untuk mengkampanyekan ISIS ke seluruh dunia.

Selain berita mengenai ISIS, berita lain yang bersinggungan dengan dunia islam adalah mengenai isu-isu makanan halal. Pernah menjadi berita nasional perihal Pizza Express yang ternyata menyajikan pizza dari daging halal tanpa memberitahukan kepada konsumennya. Para aktifis penyayang binatang memprotes hal tersebut, karena daging halal berarti si hewan-hewan ini disembelih yang berarti tidak berperikebinatangan karena menyiksa binatang, lebih baik menurut mereka hewan-hewan ini di setrum saja, hehehe.

MAKANAN

Tak sulit menemukan makanan halal di Edinburgh, banyak tersedia restoran halal dan toko bahan makanan halal disekitar city center Edinburgh. Toko bahan makanan yang paling sering saya kunjungi adalah Toko Bismillah. Toko ini dimiliki keturunan India atau Pakistan, tersedia daging ayam, kambing dan sapi berlabel halal di toko ini. Harganya bersaing, seekor ayam sekitar 2pound dan daging harganya 8pound, murah kan? Toko Bismillah terletak di pinggir jalan utama Nicholson Street dan berada diseberang Nicholson Square yang kadang menjadi tempat menikmati sinar lembut matahari dan bermain-main dengan burung merpati. Hari paling ramai di toko ini adalah pada hari jum’at karena jamaah shalat jumat yang pulang sekalian berbelanja kebutuhan. Selain daging di toko ini juga tersedia sayuran segar, pisang, singkong yang dilapisi lilin, kacang panjang, dan bumbu-bumbu kari India dan masalkan timur tengah. Indomie juga ada di toko ini, harganya 0.35pound, tapi produksi Arab, rasanya sedikit lebih hambar dibanding Indomie kita di Indonesia karena kurang MSGnya.

Disampin toko Bismillah terdapat 2 toko halal food yang lain, tapi tak terlalu ramai karena tidak pas berada di pertigaan jalan. Toko lain yang lebih besar dari Bismillah adalah Maqbool yang juga dimiliki orang India atau Pakistan. Letaknya bersampingan dengan mesjid di daerah Potterrow, seberang kampus University of Edinburgh. Di toko ini saya biasanya membeli kacang hijau dan kadang-kadang daging kalau di Bismillah sudah habis. Maqbool juga menjual aneka produk olahan daging dan berbagai jenis roti dan bumbu-bumbu khas timur tengah. Pembeli daging di toko ini tidak seramai di Toko Bismillah, namun nampaknya dia juga mensuplai untuk restoran karena sering saya melihat potongan-potongan daging diangkut keluar dari toko.

Kalau mau membeli bahan makanan lain tersedia toko kelontong China di dekat Central Mosque juga. Toko ini memberi diskon 5% bagi pelajar, cukup dengan menunjukkan kartu mahasiswa. Selain menerima mata uang Pound Sterling, anda juga bisa berbelanja dengan menggunakan Yuan. Teman saya Jin dan Molin sering berbelanja dengan menggunakan mata uang Yuan. Saya biasanya beli Indomie dan Sambal ABC di toko ini, Indomie yang dijual di toko ini adalah asli Indonesia tapi untuk ekspor. Rasanya juga masih kalah sama Indomie Indonesia yang berjuta MSG rasanya. Beras juga kadang saya beli disini, jenisnya beras jenis Jasmine dari Thailand.

Kalau untuk membeli roti, kami membeli di Tesco atau Lidl. Hanya saja harus diperhatikan kode-kode komposisinya agar terhindar dari babi, kode yang paling gampang dikenali adalah E-471 dan E-472. Beras jasmine juga biasa kami beli Tesco, kadang harganya lebih murah saat diskon dibandingkan dengan di Toko China.

Selain toko bahan makanan, terdapat banyak juga restoran halal di sekitaran kampus University di Ciy Centre. Di samping mesjid ada Mosque Kitchen, menu andalan mahasiswa adalah chicken curry with rice seharga 4.5pound, Mosque Kitche juga ada di pinggir jalan Nicholson Street. Restoran ini ramai oleh para pengunjung baik yang muslim maupun yang bukan. Selain Mosque Kitchen ada juga Tikka Mahal, restoran india dengan rasa yang sangat menggugah selera. Sampai sekarang saya masih merindukan nikmatnya Rati Naan berisi daging dan Chicken Biryani dari Tikka Mahal. Kalau ke Edinburgh lagi, saya harus makan disini lagi.

Published by taroada

Engineer | Manunited Fans | Indonesia | Edinburgh

3 thoughts on “Menjadi Muslim di Edinburgh Skotlandia

  1. Salam kenal pak ahmad, boleh saya bertanya2 ttg edinburgh pak ?

    InsyaAllah tgl 13 agustus nanti saya akan mampir sebentar ke edinburgh dari london naik bus, dan sampai di edinburgh jam 7.15
    kalau saya ke restorant halal dekat masjid edinburgh jam segitu u/ sarapan sudah buka belum sih pak ?

    lalu jika berjalan2 di edinburgh dengan waktu hanya 5jam
    apakah sebaiknya saya naik hop on hop off atau keliling kota menikmati kota dengan beralan kaki/ikut tur gratis sandmen pak ?

    itu dulu pertanyaan saya pak ahmad

    sebelumnya terima kasih banyak

    /dina balirita

    Like

    1. Mbak Dina,
      Saya kurang tahu kalau makanan halal sudah buka jam 7 pagi, karena umumnya buka jam 10an, karenanya coba untuk sarapan beli sandwich aja.
      Dengan waktu 5 jam memang sangat sempit untuk jalan2 dan melihat seluruh edinburgh. Sebaiknya naik hop on hop off aja, kalo ada sisa waktu, bisa jalan2 sekitar Royal Mile dari edinburgh castle ke holyrood palace.

      Like

Leave a comment

The Daily Post

The Art and Craft of Blogging

WordPress.com News

The latest news on WordPress.com and the WordPress community.

Dwiki Setiyawan's Blog

Pencerah Langit Pikiran

Tofan Fadriansyah

Just another WordPress.com weblog