Passobis dan Babi Ngepet

May be an image of animal, outdoors and text that says 'is at Lake Naivasha, Mark Zuckerberg Kenya. 2 Sep 2016 •Nairobi, Kenya 40k 18K comments 1.7K shares'

Passobis dan Babi NgepetKalau babi ngepet semakin mencoreng nama sebuah kota pendidikan ternama tak jauh dari Bekasi, maka sebuah profesi lain menjadi mimpi buruk bagi kampung halaman saya. Passobis.

Ada banyak versi cerita asal mula passobis ini. Tentu banyak bumbunya, banyak versi dan semua menganggap versinya yang paling benar. Karenanya bisa jadi versi yang saya dengar ini salah.

Saya masih SD waktu itu, baru mau naik kelas 6. Ikut sebagai peserta Jambore Nasional di Cibubur Jakarta. Dari Sidrap ada beberapa utusan SD. Sisanya adalah anak SMP. Para remaja yang lagi bertumbuh baligh. Beres kami bongkar kemah setelah seminggu berjambore ria.

Saya melihat beberapa pemuda perantau asal Sidrap yang sedang berbaur di antara kemah yang sudah terlipat. Beberapa sempat main gitar bersama, dan mendendangkan lagu Isabella.

Salah satunya adalah keluarga dari anggota perkemahan saya. Setelahnya saya tak pernah melihat lagi atau mendengar kabarnya. Hingga sekitar 10 tahun kemudian saya mendengar kabarnya. Dia naik mobil BMW seri terbaru di Rappang, mengunjugi beberapa keluarga dan mengajak merantau ke Jakarta. Bergabung di bisnisnya.

Orang kampung menyebutnya Passobis. Konon kabarnya, dia salah satu dedengkot Passobis. Di dua kecamatan yang pernah ditinggalinya muncul benih2 Passobis. Tapi sekarang dia sudah tobat. Sudah berhenti. Dari beberapa sumber saya mendengar bisik2 petualangannya.

Awalnya dia menipu orang dengan cara mengumpulkan semua koran dan spesimen tanda tangan para pejabat. Dari koran itu dia menyisir kemana seorang pejabat akan berkunjung. Ketika sudah jelas tujuannya, dia akan menelpon daerah tujuan dan mengatasnamakan pejabat dimaksud serta minta tansfer uang tiket. Itu terjadi ketika Ponsel belum ada.

Metode itu lumayan banyak menghasilkan uang di jaman orde baru karena tak mungkin si korban akan mengkonfirmasi ke Pejabat yang akan berkunjung. Setelah itu metode Passibis berubah. Pelakunya bisa kelompok lain lagi. Kali ini menempatkan undian di pembungkus deterjen atau bahkan di dalam cat.

Modusnya adalah, seakan-akan undian tersebut asli, kemudian terdapat nomor telpon yang bisa dihubungi. Alkisah pernah terjadi uang sudah ditransfer, tapi hadiah tak kunjung datang. Dan baru ketahuan ketika hari pasar cerita beredar dari satu sama lain, bahwa di beberapa kampung ada korban yang sama. Ketika handphone mulai masuk, maka penipuan berubah jadi penipuan sms yang berhadiah.

Seorang teman di asrama saya lihat bergetar memegang handphonenya mau pinjam ATM ketika dapat sms berhadiah. Untung saya tak punya uang, dan juga masih punya sedikit nalar. Jadi dia tak tertipu.Metode lewat handphone inilah yang berevolusi dan beradaptasi menjadi penipuan tak berksesudahan hingga sekarang.Di beberapa bagian kampung di Sidrap, selalu berhembus kabar burung siapa2 saja yang kerjanya sebagai Passobis.

Sebuah rumah megah di perempatan dicurigai sebagai hasil Passobis. Kalau ada bangunan baru orang curiga hasil passobis. Persis seperti orang-orang di dekat Bekasi itu menggosipkan tetangganya yang katanya pelihara babi ngepet. Kemudian banyak yang mengidentikkan Sidrap adalah sarangnya Passobis.

Seorang kawan saya dengan bercanda menawarkan bahwa ada keluarganya yang bisa melatih kalau mau jadi passobis. Seorang passobis yang berhasil hampir selalu bisa dideteksi, karena sebenarnya banyak yang cerita. Agak ironis, ketika akan berangkat merantau setelah pulang kampung merayakan keberhasilannya, dia akan mabbaca-baca, sejenis ritual baca doa bagi orang bugis yang akan merantau.

Ustasnya biasanya tahu kalau pekerjaannya adalah Passobis, tapi tak bisa berbuat banyak ketika dkminta memimpin doa. Serba salah. Didoakan berhasil di rantau bisa jadi artinya berhasil jadi passobis. Kini trend Passobis, saya liat bukan lagi monopoli dari satu tempat sudah banyak cabang, daerah atau provinsi yang menjadi sarangnya, bisa dibuktikan dengan dialek yang kebanyakan tidak okkots lagi. Saya sudah pernah dapat telpon yang dialek Sumatera dan juga Jawa.

Dengan begini kami orang Sidrap bisa bernafas lega kembali. Setidaknya itu bukan masalah kami saja.Seraya mengingat-ngingat kejayaaan Sidrap sebagai Lumbung Beras Nasional, Kantong telur dan juga tempat lahirnya para cendekiawan dan ulama.

***

Bekasi, 2 May 2021

Published by taroada

Engineer | Manunited Fans | Indonesia | Edinburgh

Leave a comment

The Daily Post

The Art and Craft of Blogging

WordPress.com News

The latest news on WordPress.com and the WordPress community.

Dwiki Setiyawan's Blog

Pencerah Langit Pikiran

Tofan Fadriansyah

Just another WordPress.com weblog