Saat reformasi seharusnya meluluhlantakkan tatanan yang selama ini dibangun orde baru, muncullah sipil berpakaian militer yang disponsori negara. Di awal reformasi muncul Kamra, kepanjangan dari keamanan rakyat. Tak jelas benar bedanya dengan Hansip. Tapi mirip-mirip sumber anggotanya. Mereka direkrut dari masyarakat kelas bawah, atau para pengangguran. Dan beririsanlah dia dalam satu episode kehidupan anak Ramsis.

Perang antar Fakultas di Tamalanrea, sudah berlangsung bertahun-tahun. Teknik vs Sospol atau Teknik vs semua fakultas hampir setiap awal semester jadi rutinitas.
Saat itu perang antar fakultas telah berlangsung dua hari. Untuk menghindari eskalasi, pihak keamanan kampus menyerah. Polisi masuk ke area Rektorat dan berjaga di sana. Kampus harus steril dari mahasiswa. Pintu 1 dan Pintu 2 Unhas ditutup, tak boleh ada mahasiswa yang masuk.
Tapi mereka lupa bahwa ada mahasiswa yang memang tinggal di dalam kompleks kampus, mereka adalah warga asrama mahasiswa (Ramsis) Unhas. Akses utama ke Ramsis adalah di Pintu 2 Unhas.
Aparat kepolisian menugaskan Kamra yang menjaga di pintu masuk Unhas, termasuk pintu 2. Mereka menutup dengan portal dan melarang siapa saja masuk.
Akibatnya beberapa anak ramsis yang kebetulan dari luar kampus tertahan di portal pintu 2.
Komendan kamra berteriak kepada anak ramsis yang berkumpul.
“Tidak boleh ada yang masuk kampus”
“kami anak ramsis, pak” kata seorang perwakilan
“Biar fakultas ramsis dilarang masuk!!!” Teriaknya dengan lantang.
Beberapa anak ramsis mau ketawa, tapi tetap harus negosiasi.
Seorang perwakilan menjelaskan
” Pak, ramsis itu bukan fakultas, dia asrama mahasiwa, kami semua tinggal di sana, di sana ada dari semua fakultas, ada teknik, kedokteran, fisip, hukum, peternakan, pertanian, sastra, mipa, pokoknya ada semua”
Perwakilan itu meneruskan
” Bayangkan pak, banyaknya orang kita halangi masuk, di dalam itu ada 3 unit, tiap unit terdiri dari 8 blok, tiap blok ada 3 lantai, tiap lantai ada 12 kamar, belum lagi kalau tiap kamar ada 2 penghuni, coba kita hitung = 3×8×3×12×2 pak”
Komendan Kamra menyerah, akhirnya dia berteriak
“Fakultas Ramsis boleh lewat, yang lain tetap tidak boleh”
#ceritaramsis
Ahmad Amiruddin