Memantaskan Diri untuk Lingkungan Baru

Oleh : Muhammad Rizal*

(ilustrasi : pantau.com)

Pernahkah anda merasakan berada dalam suatu lingkungan, dimana anda merasa yang paling bodoh di dalamnya ?.

Perasaan seperti itu, pernah saya rasakan waktu pertama kali dimutasi oleh perusahaan tempat saya bekerja saat ini ke kota Pontianak, Kalimantan Barat. Perasaan saya terasa hampa dan kosong saat pertama kali mendarat di bandara Supadio, Pontianak. Saya merasa kebingungan dan khawatir karena saat itu baru pertama kali mengunjungi kota Pontianak dan tidak mempunyai kenalan atau teman yang bisa saya jadikan tempat bertanya.

Perasaan khawatir dan was-was semakin terasa saat saya memasuki kantor saya yang baru. Semua terasa asing bagi saya dan kepercayaan diri menurun drastis. Apalagi saat pertama kali melaporkan diri ke atasan baru dan diperkenalkan dengan rekan kerja saya walaupun jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar sepuluh orang.

Posisi saya saat itu hanya staff level bawah sebagai Junior Account Sales Team dan tergolong karyawan dengan masa kerja dibawah dua tahun di perusahaan. Saya merasa dicuekin, diacuhkan dan diremehkan oleh semua orang diruangan kantor saya yang bergerak di bidang telekomunikasi.

Semua hal tersebut menyebabkan saya merasa bodoh dan tidak tahu mau berbuat apa untuk memberikan kontribusi bagi unit tempat saya bekerja.

Merasa bodoh di lingkungan yang asing, adalah suatu hal yang lumrah. Apalagi di lingkungan yang lama, kita sudah merasakan suasana yang nyaman atau dikenal dalam istilah comfort zone Comfort Zone pada hakikatnya sangat berbahaya bagi diri kita. Menurut pendapat saya, itu tergantung dari tujuan jangka pendek atau jangka panjang kita. Untuk tujuan jangka pendek, comfort zone sangat berguna sebagai katalisator pencapaian kita. Tetapi untuk jangka panjang, comfort zone sangat berbahaya karena akan membuat kita lalai untuk pengembangan kemampuan diri.

Menjadi bijaksana dalam kesulitan hidup termasuk menghadapi lingkungan yang asing, sangat diperlukan. Makna bijaksana adalah pandai, cermat serta teliti Ketika menghadapi kesulitan dan sebagainya. Tindakan atau respond kita terhadap sebuah kesulitan/masalah akan menunjukkan tingkat bijaksana kita (wisdom).

Salah satu ukuran terhadap tindakan yang bijaksana adalah bahwa tindakan tersebut akan bisa menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru. Yaa…seperti tagline dari Pegadaian, menyelesaikan masalah tanpa masalah. Hee..hee…

Tindakan hanyalah output dari respond kita, tetapi yang lebih penting dalam kata bijaksana adalah mental, attitude dan pola pikir.

Berada dalam lingkungan yang baru perlu kita respond secara bijaksana. Hal ini sangat penting agar kita tidak terjebak dalam suasana yang tidak kondusif dan mengakibatkan kita tidak bisa mengembangkan potensi diri kita. Ini sangat penting karena setiap kesulitan apabila kita bisa mengatasinya dengan sebuah sikap yang positif, akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik.

Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan terkait dengan kondisi tersebut dan sangat membantu saya melewati masa-masa sulit saat dimutasi  oleh perusahaan pertama kalinya.

Pertama adalah ikhlas. Tahap pertama dalam ikhlas adalah menerima. Kita harus menerima kondisi yang kita hadapi sebagai sebuah jalan hidup yang telah ditetapkan untuk kita. Jangan ada perasaan menyesal apalagi mempertanyakan alasannya. Kondisi yang kita hadapi saat ini, kita terima dulu dengan baik tanpa ada rasa resistansi/penolakan dari dalam diri kita. Everything happens for a reason. Ini yang perlu kita tanamkan baik-baik dalam diri kita. Hal inilah yang menjadi pondasi di diri kita agar apa yang kita lakukan selanjutnya bisa berjalan dengan baik.

Kedua adalah stop overthinking. Hentikan pikiran-pikiran negatif yang ada dalam otak kita. Fokuslah terhadap apa yang akan kita lakukan, bukan malah berpikir apa yang akan terjadi. Fokuslah terhadap diri sendiri, bukan malah sibuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Kompetisi yang sesungguhnya adalah dengan diri sendiri bukan dengan orang lain. Saya vs Me adalah mindset yang perlu ditanamkan dalam diri kita. Kita harus menjadi orang yang lebih baik dibandingkan dengan diri kita sebelumnya. Jangan menjadikan orang lain sebagai standart. Jadikan diri kita yang sebelumnya sebagai standart, diri kita saat ini harus lebih baik dibandingan diri kita sebelumnya. Diri kita hari ini lebih baik dari diri kita kemarin. Bukankah puncak tertinggi dari proses pendewasaan diri adalah kemampuan melawan diri sendiri ?

Ketiga adalah belajar. Belajar dalam hal ini tidak hanya belajar formal saja. Belajar hal-hal teknis yang berkaitan dengan knowledge sama pentingnya dengan belajar meningkatkan hal-hal yang sifatnya non teknis atau kompetensi. Knowledge dan kompetisi kita harus kita tingkatkan. Banyak cara yang bisa kita lakukan misalnya dengan banyak membaca, mengambil short term course, banyak diskusi dll. Intinya literasi kita harus banyak, sehingga tingkat percaya diri kita bisa meningkat dalam interaksi-interaksi yang terjadi di lingkungan yang baru.

Keempat adalah bergaul. Terkadang, apabila kita berada di lingkungan yang baru, kita sulit meleburkan diri di lingkungan baru, dan interaksi kita kembali lagi ke lingkungan yang lama. Berinteraksi dengan lingkungan lama bukan tidak penting, tetapi ini hanya masalah prioritas. Lingkungan yang baru adalah prioritas pertama yang harus kita sikapi. Ini juga tergantung dari kemampuan adaptasi diri kita. Semakin cepat kita beradaptasi terhadap lingkungan yang baru akan semakin cepat kita akan merasa diterima di lingkungan baru tersebut. Dan perasaan diterima di lingkungan yang baru juga merupakan modal yang sangat baik untuk bisa survive.

Yang terakhir adalah berdoa. Perbanyaklah berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Yakinlah bahwa segala sesuatunya tidak akan terjadi apabila Tuhan tidak berkehendak. Tugas kita adalah berusaha dan biarkan sisanya ditentukan oleh Tuhan. Apa yang telah ditentukan Tuhan untuk kita pasti itulah yang terbaik. Tuhan kita yang paling tau apa yang kita perlukan. Jangan merasa sok tau apa yang terbaik buat diri kita.

Dari kelima hal tersebut, ada benang merah yang menjadi tujuan utamanya. Tujuannya adalah memantaskan diri kita untuk lingkungan yang baru. Jadikan sebuah masalah sebagai motivasi untuk untuk menjadi pribadi yang lebih baik tanpa menghilangkan nilai atau karakter diri kita. Kita tidak perlu menjadi orang lain tetapi jadilah diri sendiri yang lebik baik dari sebelumnya.

Depok, 22 Oktober 2022

*Muhammad Rizal adalah karwayan BUMN bidang Telekomunikasi

Passobis dan Babi Ngepet

May be an image of animal, outdoors and text that says 'is at Lake Naivasha, Mark Zuckerberg Kenya. 2 Sep 2016 •Nairobi, Kenya 40k 18K comments 1.7K shares'

Passobis dan Babi NgepetKalau babi ngepet semakin mencoreng nama sebuah kota pendidikan ternama tak jauh dari Bekasi, maka sebuah profesi lain menjadi mimpi buruk bagi kampung halaman saya. Passobis.

Ada banyak versi cerita asal mula passobis ini. Tentu banyak bumbunya, banyak versi dan semua menganggap versinya yang paling benar. Karenanya bisa jadi versi yang saya dengar ini salah.

Saya masih SD waktu itu, baru mau naik kelas 6. Ikut sebagai peserta Jambore Nasional di Cibubur Jakarta. Dari Sidrap ada beberapa utusan SD. Sisanya adalah anak SMP. Para remaja yang lagi bertumbuh baligh. Beres kami bongkar kemah setelah seminggu berjambore ria.

Saya melihat beberapa pemuda perantau asal Sidrap yang sedang berbaur di antara kemah yang sudah terlipat. Beberapa sempat main gitar bersama, dan mendendangkan lagu Isabella.

Salah satunya adalah keluarga dari anggota perkemahan saya. Setelahnya saya tak pernah melihat lagi atau mendengar kabarnya. Hingga sekitar 10 tahun kemudian saya mendengar kabarnya. Dia naik mobil BMW seri terbaru di Rappang, mengunjugi beberapa keluarga dan mengajak merantau ke Jakarta. Bergabung di bisnisnya.

Orang kampung menyebutnya Passobis. Konon kabarnya, dia salah satu dedengkot Passobis. Di dua kecamatan yang pernah ditinggalinya muncul benih2 Passobis. Tapi sekarang dia sudah tobat. Sudah berhenti. Dari beberapa sumber saya mendengar bisik2 petualangannya.

Awalnya dia menipu orang dengan cara mengumpulkan semua koran dan spesimen tanda tangan para pejabat. Dari koran itu dia menyisir kemana seorang pejabat akan berkunjung. Ketika sudah jelas tujuannya, dia akan menelpon daerah tujuan dan mengatasnamakan pejabat dimaksud serta minta tansfer uang tiket. Itu terjadi ketika Ponsel belum ada.

Metode itu lumayan banyak menghasilkan uang di jaman orde baru karena tak mungkin si korban akan mengkonfirmasi ke Pejabat yang akan berkunjung. Setelah itu metode Passibis berubah. Pelakunya bisa kelompok lain lagi. Kali ini menempatkan undian di pembungkus deterjen atau bahkan di dalam cat.

Modusnya adalah, seakan-akan undian tersebut asli, kemudian terdapat nomor telpon yang bisa dihubungi. Alkisah pernah terjadi uang sudah ditransfer, tapi hadiah tak kunjung datang. Dan baru ketahuan ketika hari pasar cerita beredar dari satu sama lain, bahwa di beberapa kampung ada korban yang sama. Ketika handphone mulai masuk, maka penipuan berubah jadi penipuan sms yang berhadiah.

Seorang teman di asrama saya lihat bergetar memegang handphonenya mau pinjam ATM ketika dapat sms berhadiah. Untung saya tak punya uang, dan juga masih punya sedikit nalar. Jadi dia tak tertipu.Metode lewat handphone inilah yang berevolusi dan beradaptasi menjadi penipuan tak berksesudahan hingga sekarang.Di beberapa bagian kampung di Sidrap, selalu berhembus kabar burung siapa2 saja yang kerjanya sebagai Passobis.

Sebuah rumah megah di perempatan dicurigai sebagai hasil Passobis. Kalau ada bangunan baru orang curiga hasil passobis. Persis seperti orang-orang di dekat Bekasi itu menggosipkan tetangganya yang katanya pelihara babi ngepet. Kemudian banyak yang mengidentikkan Sidrap adalah sarangnya Passobis.

Seorang kawan saya dengan bercanda menawarkan bahwa ada keluarganya yang bisa melatih kalau mau jadi passobis. Seorang passobis yang berhasil hampir selalu bisa dideteksi, karena sebenarnya banyak yang cerita. Agak ironis, ketika akan berangkat merantau setelah pulang kampung merayakan keberhasilannya, dia akan mabbaca-baca, sejenis ritual baca doa bagi orang bugis yang akan merantau.

Ustasnya biasanya tahu kalau pekerjaannya adalah Passobis, tapi tak bisa berbuat banyak ketika dkminta memimpin doa. Serba salah. Didoakan berhasil di rantau bisa jadi artinya berhasil jadi passobis. Kini trend Passobis, saya liat bukan lagi monopoli dari satu tempat sudah banyak cabang, daerah atau provinsi yang menjadi sarangnya, bisa dibuktikan dengan dialek yang kebanyakan tidak okkots lagi. Saya sudah pernah dapat telpon yang dialek Sumatera dan juga Jawa.

Dengan begini kami orang Sidrap bisa bernafas lega kembali. Setidaknya itu bukan masalah kami saja.Seraya mengingat-ngingat kejayaaan Sidrap sebagai Lumbung Beras Nasional, Kantong telur dan juga tempat lahirnya para cendekiawan dan ulama.

***

Bekasi, 2 May 2021

Boomer dan Jereppae

Boomer dan JereppaEDalam kehidupan saya, pernah ada masa penuh romansa dengan dua makluk ini, tahun kelahiran saya hampir sama dengan keduanya. Boomer adalah anjing kampung berwarna orange, khas anjing kampung. Yang membuatnya berbeda adalah Boomer adalah musuh hampir setiap orang, termasuk juga ayam dan itik.

Namanya diambil dari tokoh anjing dalam salah satu film di TVRI. Jaman itu hampir semua rumah di Kadidi memiliki anjing, tidak hanya 1, bahkan banyak yang anjingnya dua. Anjing berguna untuk menjaga rumah, juga untuk berburu tikus di sawah. Dan Boomer adalah jagonya menangkap tikus di sawah.

Saya senang melihat dia menggali lubang tikus dari satu pematang ke pematang lainnya. Saat saya selesai TK, usia saya masih 6 tahun, jadi tak bisa masuk SD, pekerjaan sehari-hari saya setiap pagi adalah menonton anak SD dikejar Boomer di depan rumah. Saat itu tak ada komplain, karena setiap orang punya anjing yang dilepas, dan hal biasa melihat anak2 dikejar anjing, disamping juga kak seto masih merintis karier, jadi aman dari KPAI.

Banyak korban Boomer di sekitar rumah, termasuk Andi Makkuradde N dan Kak Amin Daif. Untungnya Bapak saya juga yg mengobati.

Namun tindakan Boomer nampaknya sering meresahkan para peternak itik yang mengangon bebeknya di tengah sawah. Boomer kayaknya ada masalah sama mereka. Saya sering menemukan bekas luka di badannya sehabis dia menjelajah ke sawah. Tapi semuanya sembuh. Pernah yang agak parah di samping duburnya kena tombak, tapi dia selamat. Boomer dan JereppaE sahabat baik.

Jereppae adalah nama motor Bapak saya yang dikasih nama oleh tetangga, ada juga yang menyebutnya La Joko. Nama Jereppae berarti jerapah dalan bahasa Indonesia. Setiap mendengar suara motor ini dari jauh, Boomer akan berlari menyambut.

Kadang2 kalau Bapak saya keluar dia ikuti hingga jarak yg cukup jauh.Boomer berumur panjang hingga saya SMA, bulunya mulai rontok, dan giginya habis. Tapi sepertinya kelakuan nakalnya mengganggu bebek orang masih ada. Hingga suatu hari dia pulang membawa luka cukup lebar di bagian paha kanannya. Luka itu tak pernah bisa sembuh.

Setiap hari saya kompress dengan rivanol punya bapak saya, tapi tak kunjung sembuh. Di usia saya kelas dua SMA, Boomer mati, dan saya kuburkan di belakang rumah. Dia salah satu sobat masa kecil saya.

Sementara sahabatnya yang satu lagi, jereppae, masih beristirahat di Kadidi. Menanti, suatu saat bisa mengaspal lagi.

The Daily Post

The Art and Craft of Blogging

WordPress.com News

The latest news on WordPress.com and the WordPress community.

Dwiki Setiyawan's Blog

Pencerah Langit Pikiran

Tofan Fadriansyah

Just another WordPress.com weblog