Saya menulis ini sebagai sebuah memoar untuk peristiwa penting dalam perjalanan hidup saya, juga menjadi peristiwa penting dalam kehidupan bangsa ini. Kemarin 8 Juli 2009, rakyat Indonesia memilih presidennya secara langsung untuk kedua kalinya, Quick Count di beberapa lembaga memberi kemenangan kepada SBY Boediono dikisaran 60 %, Mega-Pro dikisaran 27%, dan JK-Win 12%.
Sebagai pendukung JK, saya terkejut dengan hasil pemilu ini, tapi kemudian saya sadar bahwa hasil pemilu menggambarkan seperti apa selera rakyat Indonesia sekarang. Saat ini rakyat Indonesia tidak berselera dengan tampilan seperti JK, dia kurang tinggi dan penampilannya kurang necis. Rakyat Indonesia butuh pemimpin yang berwibawa, yang senyumnya sedikit tertahan, yang kalau bicara penuh dengan konsep, badannya tegap dan sisirannya rapi. Hal lain adalah aksen JK yang lain dari mayoritas rakyat indonesia, JK menyebut kata baik dengan baek, rakyat indonesia lebih senang pemimpin yang mengeja kata “kan” menjadi “keun”. Kesalahan lain adalah JK adalah dilahirkan di sebuah pulau dengan jumlah penduduk yang tidak mayoritas negeri ini, dia harusnya tidak lahir di Watampone, sebuah kota kecil di daerah sulawesi, yang jauh dari tempat kebijakan dan kiblat negeri ini ditentukan. Selain itu JK bicara dengan hati, apa yang ada dihati dan pikirannya itu yang dikatakannya, harusnya dia tahu bahwa rakyat negeri ini masih senang dengan sinetron dimana pencitraan adalah segala-galanya.
Tapi diluar itu, saya menaruh hormat yang tinggi kepada JK, dia memberi saya inspirasi bahwa siapapun rakyat negeri ini punya kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin di negara besar ini, didaerah manapun dia dilahirkan di Indonesia. Juga saya berbangga atas segala inisiatifnya dalam pemerintahannya, terobosan-terobosannya, ide-idenya yang cemerlang, konsepnya tentang indonesia yang mandiri, dan keberaniannya mengatakan kebenaran dan berhadapan dengan pengkritik.
Merujuk kepada pernyataan Andi Mallarangeng bahwa “belum saatnya orang bugis memimpin negeri ini, karena ada yang lebih baik”, saya lebih ingin menyatakan rakyat indonesia belum siap dipimpin oleh orang dari suku non mayoritas, meskipun dia lebih baik. Akan ada saatnya nanti, suku apapun memimpin negeri ini, mungkin masih lama, mungkin kelak anak cucu kita kelak yang bisa. JK harusnya lahir saat rakyat negeri ini siap, dia terlalu cepat lahir dan rakyat belum siap, tapi mudah-mudahan akan ada JK-JK baru yang menginspirasi dan saat itu para pemain sinetron harus mulai mencari pekerjaan baru.
<Ehh, hampir lupa, selamat ya buat yang menang, semoga indonesia bisa lebih cepat dan lebih baik>