“Saya bukan motivator !!!”
Begitulah DR Handry Satriago–CEO GE Indonesia–mengawali sesi satu jam acara One Hour University. Duduk di kursi roda dia memegang mic dan bergerak semeter dua meter ke kiri dan ke kanan. Para hadirin memperhatikan dengan seksama. Terpancar percaya diri, kedalaman ilmu dan optimisme dari tekanan suara dan senyumannya.
***
Pak Handry mengawali sharingnya mengenai konsep kepemimpinan :
Konsep leadership itu harus memperhatikan 3 hal yaitu leader, follower, dan situasi. Seorang pemimpin harus memperhatikan 3 unsur ini ketika memimpin. Leader yang sebelumnya sukses di satu organisasi belum tentu bisa langsung mengaplikasikan metodenya di organisasi lainnya. Leader harus memperhatikan unsur follower dan situasi. Situasi dan orang yang berbeda menjadikan langkah-langkah harus disesuaikan juga. Leader yang hanya terpaku pada dirinya sendiri disebut dengan narsistic leadership. Narcisus adalah salah satu tokoh dalam mitologi yang Yunani yang ganteng, yang tenggelam di kolam karena mengagumi bayangannya sendiri. Seperti itu pula narsistic leadership
Selanjutnya Pak Handry memperkenal tiga situasi yang menjadi tantangan para pemimpin saat ini:
Pertama UNCERTAINTY
Banyak perubahan mendasar yang kita alami dalam 15 tahun terakhir. Handphone yang dulunya sangat besar sekarang semakin kecil dan fungsional. Internet yang hadir telah mengubah dunia. Pesawat murah memungkinkan orang berpetualang ke banyak negara. Yang paling fenomenal adalah Media Sosial.
Facebook telah mengubah tingkah laku orang. Kadang-kadang orang menulis status yang sifatnya sangat personal. Bangun pagi-pagi nulis status ” ah baru bangun, pinggang sebelah kanan ngilu2″, hal-hal ini sangat personal dan mungkin dulu tak ada yang dikasih tahu. Dengan Facebook semua orang punya banyak teman yang belum tentu sebanyak itu dunia nyata. Lalu lintas upload foto sampai dengan jutaan perhari. Dulu orang sebelum makan berdoa, tapi sekarang sebelum makan foto dulu.
Yang menarik adalah perubahan-perubahan ini tidak pernah terpikirkan 15 tahun sebelumnya. Dunia berada pada masa ketidakpastian. Setahun lalu di sebuah pertemuan antar CEO di Amerika tidak pernah ada yang memprediksi kalau tahun ini minyak dunia bisa dibawah 100 USD, jangankan memprediksi, membicarakanpun tidak.
Tantangan bagi kita adalah How to deliver in this uncertain world. Untuk menghadapi dunia yang tak menentu maka kita perlu adaptive dan flexible, dua kunci ini yang menjadikan kita tetap bertahan. Sekarang tak bisa lagi sebuah perusahaan menjadikan core valuenya adalah change, karena tak cukup waktu untuk menjadikan ini nilai yang harus diaplikasikan, karena perubahan itu sifatnya terus menerus. Change harus menjadi DNA setiap orang, sebagaimana tidak menjadi added value lagi kalau seseorang bisa berbahasa Inggris, bahasa inggris adalah sesuatu yang seharusnya dimiliki tanpa perlu dipersyaratkan.
Kedua adalah GLOBAL WORLD
Bukan hanya tujuh ratus ribu tenaga kerja China yang jadi masalah sekarang ini. Tapi lebih dari itu, karena dunia sudah terhubung menjadi satu. Kalau dulu ada 197 Kapal (melambangkan negara) berlayar ke arah yang berbeda-beda, maka sekarang ini hanya ada satu kapal dengan 197 kabin didalamnya berlayar di lautan yang tak menentu gelombangnya. Krisis yang terjadi di Yunani bisa berdampak ke siapa saja. Bahkan Eropa turut krisis, pengangguran di Spanyol meningkat jadi 25%. Karena Eropa krisis maka China menahan produksinya, karena produksi menurun, maka permintaan batu bara menurun, dan efeknya sampai ke ekspor batubara Indonesia. Krisis nilai mata uang juga terjadi di seluruh dunia, karena China mendevaluasi Yuan, rupiah sekarang sudah 14.700, tapi jangan khawatir, krisis dollar tidak akan bertahan lama karena dia buatan china (hehehe).
Kita berlayar dalam satu kapal dengan 197 kabin tanpa kapten dan berlayar di laut yang bergolak. Untuk bisa bertahan, harus punya daya saing global dan siap belajar sama siapa saja dan siap berkolaborasi. Negara-negara yang hanya mengandalkan komoditi akan menjadi obyek santapan negara-negara lainnya.
Ketiga adalah ABAD IDE
Setiap tahun World Economic Forum membuat peringkat daya saing negara-negara di dunia. Indonesia berada di urutan ke-35. Cukup baik kah peringkat ini? Bolehlah di bilang peringkat kita baik jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Mali, Zimbabwe atau negara-negara Afrika. Tapi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita seperti Singapura kita kalah jauh. SIngapura urutan ke 4 dunia, Malaysia juga lebih baik. Peringkat daya saing ini tak menjadi masalah seandainya tidak ada korelasi antara peringkat daya saing dengan hal lainnya. Ternyata peringkat daya saing terkait erat dengan kemakmuran. Semakin tinggi daya saing suatu bangsa maka akan semakin tinggi tingkat kemakmurannya.
Penentu daya saing bukanlah Sumber Daya Alam, karena banyak negara berdaya saing kuat tidak memiliki Sumber Daya Alam yang mencukupi, misalnya Singapura dan Jepang. Ataukah karena jumlah penduduknya sedikit? Tidak juga, ada negara berpenduduk sedikit yang daya saingnya rendah dan ada negara berpenduduk banyak yang daya saiingnya tinggi. Nah ini yang perlu kita cari tahu.
Negara yang berada di peringkat satu adalah Swiss. Negara ini sangat kecil. Saking kecilnya maka dalam dua Perang Dunia, negara ini tak pernah terdeteksi. Apa produk yang banyak dari Swiss? Beberapa diantaranya adalah coklat, padahal coklat adalah produk tropis, mana ada coklat di Swiss. Tapi coklat dibeli murah dari kita dan dijual lagi dengan harga mahal ke seluruh dunia.
Produk Swiiss lainnya adalah Jam Tangan. Kalau anda ke Swiss, masuklah ke sebuah toko Jam, bilang “I am from Indonesia, I am looking for a good watch”. Maka pelayan toko akan membawa nampan berisi jam-jam dengan paling banyak fitur. Harganya 1 s.d 25 juta rupiah. Yang pertama mereka jual adalah fiturnya, bisa bermacam-macam fungsinya. Kalau anda tak terlalu suka, anda bisa minta yang lebih baik, maka mereka akan memberikan jam berdasarkan merknya, misalnya jam tangan Rolex. Pada tahap ini mereka menjual merk. Tapi kalau anda tak suka juga, maka anda akan dibawa ke sebuah ruangan, dari bawah akan muncul jam tangan yang disorot lampu. Jam tangan ini diperkenalkan sebagai jam tangan yang hanya dijual 3 di dunia, salah satunya mungkin tenggelam di Samudera atlantik, satunya sudah dibeli oleh seorang Raja dan hanya satu itu yang tersisa. Harganya bisa 5 miliar rupiah, padahal fungsinya hanya untuk melihat waktu, Dengan lima limiar rupiah saya bisa menggaji dua orang untung mendorong kursi roda saya kemana saya suka, dan kalau perlu waktu saya tinggal tanya jam berapa sekarang? dan dia langsung bisa jawab. Tapi yang dijual bukan hanya fungsi, yang dijual adalah kelangkaan (scarcity).
Nah, negara kecil Swiss ini bisa menghasilkan value karena adanya ide-ide. Anda peminat Kopi? Kopi terenak ada di daerah perbatasan sumut Aceh, harganya hanya tuga ribu rupiah dengan pelayanan yang maksimal. Anda tahu strabuck? berapa gelas sehari yang dijual oleh Starbuck? Milyaran gelas perhari !! Harganya berapa, paling murah 38.000 ribu rupiah. Pelayanannya? Anda harus mengambil gelas sendiri dan membuang gelasnya sendiri. Rasanya? Gak keruan, dicampur-campur dengan moca, pisang, dan namanya kemudian di rubah. Tapi kenapa orang membeli. Saya pernah bertemu dengan CEO Starbucks, katanya yang dijual adalah exprience, pengalaman.
Seorang anak muda ketika sebelum ke kantor singgah di starbuck dulu, dan memamer-marmerkan gelas starbucknya dan disimpan diatas meja kerja. Ada kebanggaan tersendiri ketika dia minum di Starbuck.
Di General Electric Indonesia, saya heran sendiri kenapa setelah 70 tahun baru ada orang Indonesia. Padalah saya melihat banyak orang yang lebih hebat dari saya. Suatu saat saya tanyakan hal ini kepada orang GE Global, ternyata jawabannya cukup mengejutkan. “kalian di Indonesia, selalu mampu mencapai target, apapun program dari kami di Amerika kalian selalu menjawab iya, tidak pernah bilang tidak,dan disitulah permasalahannya, tak ada umpan balik. Orang-orang yang selalu bilang yes tidak mampu menghasilkan ide”
Leader harus punya ide. Untuk bisa berlayar di abad ide ini tiga kemampuan yang harus dimiliki adalah :
1) Punya ide, untuk punya ide kuncinya adalah pertanyaan. Mulailah dengan bertanya Why? setelah itu Why Not.
2) Berani menyampaikan ide, budaya menyampaikan pendapat itu penting. Di organisasi manapun baik di pemerintahan atau swasta budaya mengemukakan pendapat itu tidak boleh di kekang, tentu menyesuaikan dengan kultur setempat, dengan cara-cara yang sopan. Kita harus belajar elevator speech.. Menyampaikan pendapat dalam waktu yang singkat dan padat, karena tidak selalu ada kesempatan untuk bertemu decision maker.
3) Daya tahan, seorang pemimpin harus berani memperjuangkan idenya, dan itulah yang menjadi kesamaan para pemimpin kelas dunia.
Terkait dengan ide ini, kita tak perlu berkecil hati. Orang Indonesia bisa menghasilkan ide dan menyaingi orang luar, bahkan meskipun bahasa inggrisnya tidak bagus. Tahun lalu General Electric menyelenggarakan sayembara desain bracket mesin pesawat. Semakin ringan bracket maka akan semakin banyak saving-nya. Lebih dari 1000 engineer dari seluruh dunia. Juara 3 adalah lulusan Oxford, juara dua PhD asal Swedia dan juara pertama adalah lulusan SMK asal Salatiga, bernama Ardian Fuadi dan Arie Kurniawan, keduanya kakak beradik. Kunci kemenanganannya adalah karena mereka tak pernah berhenti belajar dan mendesain. Kedua kakak beradik ini juga menjadi desainer arodynamic beberapa kendaraan di dunia. Yang mereka jual adalah ide, dan hebatnyanya adalah bahasa inggrisnya tak terlalu bagus.
***
Mengakhiri sesinya, Pak Handry kemudian bercerita mengenai masa mudanya :
Saya naik kursi roda pada usia 17 tahun, saya ingat terakhir kali berdiri dengan kedua kaki pada saat shalat ashar di suatu sore. Sebelum-sebelumnya saya adalah seorang pencinta alam yang biasa naik gunung dan juga pemain teater. Pada saat rakaat terakhir, tiba-tiba punggung saya seperti retak dan saya tak sadarkan diri. Ketika sadar, dunia saya telah berubah, saya tak bisa menggerakkan kaki lagi. Saya mengunci kamar berminggu-minggu tak mau keluar kamar. Setelah 3 minggu bapak saya masuk mendobrak pintu. Sambil membuka Jendela beliau berkata, “nak dunia ini adalah pilihan-pilihan, kamu punya dua pilihan, pertama kamu boleh terus menerus berada di kamar ini, dan kami sebagai orang tua akan berusaha semampunya untuk membuat kamu nyaman. Atau kamu bisa memilih yang kedua, kamu keluar dari kamar ini, tapi jangan berharap duniamu akan sama seperti dulu lagi, teman-temanmu yang biasa naik gunung atau main teater tak akan datang lagi mengajakmu, tapi mungkin dengan begitu akan terbuka peluang berikutnya”
Setelahnya saya langsung keluar kamar dan memanggil taksi dan langsung ke sekolah. Hidup ini seperti mendorong mobil di tanjakan, kita tak boleh berhenti, kalau tidak mobilnya bisa mundur. Bagi saya, sejak peristiwa itu, semuanya menjadi tidak mudah. Bangun tidur, bagi sebagian orang hanyalah persoalan membuka mata saja, tapi bagi saya kesulitan sudah dimulai sejak bangun tidur. Bagaimana saya harus turun dari tempat tidur, bagaimana saya bisa buang air di toilet, semuanya berubah. Tapi saya harus terus bergerak. Kalau saya tidak bergerak dan mendorong mobil kehidupan saya dan berhenti 30 tahun lalu, maka mungkin saya tidak bisa melihat keindahan Lombok, Bali, Houston, Australia, Swiss bahkan mungkin tak bisa masuk ke ruangan ini.
Karena itu, jangan pernah berhenti, teruslah mendorong mobil anda !!!
Kehidupan memang saat ini mengalami perubahan pesat.
Sangat setuju dengan pengaruh media sosial, ada dua sisi yang berbeda
dimana bisa mendekatkan yang jauh tapi malah menjauhkan yang dekat, karena sudah terlalu sibuk dengan smartphone hingga kita mengurangi interakasi sosial.
LikeLike