Sebelumnya, perlu saya sampaikan bahwa untuk menyamarkan dan melindungi identitas teman-teman di Ramsis, nama yang saya tulis adalah nama samaran.Kalau ada yang mirip dan anda kenal, itu kebetulan belaka.

Setiap malam ruang TV Asrama Mahasiwa (Ramsis) Blok 2AB selalu ramai. Tapi tidak malam itu. Malam itu adalah malam minggu. Hampir semua kamar kosong. Lampu mati. Yang tersisa hanya nyong-nyong Ambon yang tak pernah lepas matanya dari tabung TV, bahkan lebih banyak tidur di ruang TV daripada di kamarnya.
Malam itu sepertinya semua sepakat keluar bermalam minggu. Semua maunya kelihatan ada acara.
Adde kemungkinan sedang mengantar mangga dari Kadidi ke rumah seseorang. Alim dan Sigit sedang ke rumah temannya menghafal nama-nama latin tulang tengkorak. Saya biasanya ke himpunan, ke Wisma Pelangi, atau ke tempat yang tak perlu saya ceritakan, adalah pokoknya. Sementara, Rahmat sedang ngapel di rumah seniornya.
Yang lain mengaku sedang ada acara ke kosan atau rumah pacarnya. Bahkan Adi yang terkenal sudah berkali-kali ditolak oleh anak Ramsis putri yang kebetulan sejurusannya juga tak tampak batang hidungnya.
Tersisa hanya tiga orang. Mereka berusaha menegakkan harga dirinya karena tak punya acara malam minggu. Mereka adalah Sunan, Ilmi dan Bunbun.
Tak lama Sunan pamit ke kamarnya. Dia kemudian keluar dari kamarnya dalam keadaaan rapi.
Dia berkemeja, baju masuk ke celana, memakai sepatu dan beraroma parfum. Lampu kamarnya mati, dia mengirimkan sinyal sebuah tanda-tanda tak ada orang. Kelihatannya malam itu spesial baginya.
“Kerumahnyaka’ cewekku di Cendrawasih dulu cess” Katanya pamit kepada Ilmi dan Bunbun yang hanya bisa merutuki nasib.
Sunan turun dari tangga, kemudian menunggu pete-pete di depan Ramsis. Bau parfumnya menyengat Bunbun. Dia menghentikan pete-pete 05 arah Cendrawasih. Ilmi mengintip dari jauh.
Sekitar setengah jam kemudian, Ilmi dan Bunbun tak tahan di Ramsis. Mereka jalan kaki keluar makan nasi goreng Sabili di pintu 2 Unhas.
Setelah makan Nasi Goreng mereka singgah di Wartel depan Rumah Sakit Wahidin.
Mereka masuk ke wartel. Wartel ramai sekali di malam Minggu. Saat ada yang keluar Ilmi masuk ke bilik terdekat.
Saat akan memutar nomor yang dituju, matanya menangkap sosok akrab di sampingnya. Ilmi tak jadi menelpon, dibukanya pintu wartel di sebelah, sambil berseru :
“PALSUUUU”.
Sunan tertangkap tangan tak kemana-mana. Senyumnya lebih asem dari langsat kacci.
Sejak saat itu, jika ada yang mati lampu kamarnya di malam minggu akan diteriaki
PALSUUU !!!
Itulah salah satu kisah anak muda palsu yang ori, selain yang tayang di bioskop.
#ceritaramsis
Ahmad Amiruddin
Deh makkalaku bacaki ini. Mungkin perlu dihargai usahanya kak untuk melepas status jomblo.
Mungkin quote yang tepat adalah:
Friends don’t lie, when they lie, they usually got busted wakakakak
LikeLike