Cat Rambut orang Yahudi’ di Hotel Sultan

Saya tak sabar ingin sampai di lokasi acara peluncuran buku Cat Rambut Orang Yahudi-nya Pak Chappy Hakim yang dirangkaikan kopi darat kompasiana. Ini adalah kesempatan langka, sampai-sampai MURI pun menganugrahkan piagam rekor buat pak Chappy sebagai Jenderal bintang 4 pertama yang blognya dibukukan. Buat saya ini juga rekor, karena untuk pertama kalinya saya ikut kopi darat blogger.

Saya meminta istri untuk ikut registrasi sehingga kami bisa sama-sama kesana, sebagai suami yang baik, saya tak ingin meninggalkannya sendiri di rumah dan dia juga senang baca kompasiana. Perjalanan kami hari ini menemui banyak macet di jalan, orang-orang dari Tangerang nampaknya berduyun-duyun ke Jakarta ditanggal muda ini, jalanan di Daan Mogot sulit untuk bergerak, untunglah saya naik motor. Jalur busway banyak dilintasi oleh pengendara motor, kali ini saya nggak ikut-ikutan, saya sedang dalam misi sebagai kompasianer, apa kata dunia kalo kompasianer masuk jalur busway?, 

Setelah melaui macet lagi di jalan panjang, saya tiba di Hotel Sultan tepat pukul 11.00, disana sudah ada teman juga yang janjian ikut, Adde. Ketika saya di tempat registrasi sambil mengantri menulis nama, saya melihat acara sudah dimulai, seorang bapak berambut putih sedang berbicara, kata istri saya “ itu siapa sih pa ?”, saya bilang “ itu bosnya kompas.com ma, tapi saya lupa namanya siapa”, hehe maafkan saya pak Taufiq. Saya masih melongok-longok kedalam mencari kira-kira siapa yang saya kenal, kang Pepih Nugraha datang menghampiri dan langsung berjabat tangan, beliau menolong saya yang sedang dalam kegalauan mencari orang yang bisa saya kenal, dan kenalan pertama saya hari ini adalah idola saya kang Pepih Nugraha.

Setelah masuk saya memilih tempat duduk ditengah, yang mudah saya kenali adalah Pak Prayitno, sebelum sempat berkenalan kumis beliau sudah lebih dulu memperkenalkan diri, hehehe. Didekatnya seorang yang gagah dengan kancing atas dibuka dan selalu tersenyum, pasti itu yang punya gawe menurut saya, Pak Chappy Hakim, rambutnya putih karena tak pernah di cat lagi, seperti yang ada di tulisannya ‘cat rambut’.

Setelah Pak Taufiq, tampil Pak Iskandar memperkenalkan format baru kompasiana. Kemudian masuklah acara bedah buku bersama pak Efendy Ghazali, saya berpindah kursi ke tempat yang lebih dekat, disana saya bekenalan dengan blogger yang sudah terkenal di kompasiana, Om Jay. Saya bilang sama om Jay, kalau beliau terkenal di kompasiana, dia bilang “ah, biasa aja kok mas”, tapi ternyata om Jay kemudian salah, nanti saya buktikan.

Sebuah pernyataan jujur dari pak Efendy “kami akademisi jarang mengagumi jenderal, nah pak Chappy ini salah seorang yang kami kagumi”. Konon pak Efendy sekarang lagi puasa bicara, salah satunya karena dia sedang tak mengerti hasil pemilu sekarang ini, dan hebatnya lagi buku pak Chappy 50% bisa menjelaskan kenapa hal itu bisa terjadi. Pak Efendy bilang kalau buku ini ditulis sangat humanis dan jernih.

Pak Taufiq, Pak Chappy, Kang Pepih, dan Pak Efendy berfoto bersama
Pak Taufiq, Pak Chappy, Kang Pepih, dan Pak Efendy berfoto bersama
Pak Chappy dan Saxophone-nya
Pak Chappy dan Saxophone-nya

Selepas makan siang yang diiringi permainan saxophone pak Chappy dan sholat lohor di mushollah hotel saya kembali ke ruangan, ketika itu para hadirin sudah membaur, pak Chappy nampak sibuk berfoto ria dengan kompasianer. Saya bersama istri mendekat ingin berfoto, tapi tiba-tiba saya dicolek sama istri “ Marissa pa, Marissa pa, minta difotoin dong dengan saya”. Tapi mbak Marissa lagi sibuk bicara dengan seorang bapak berkacamata, mereka bicara dengan akrab, tebakan saya mereka adalah kawan lama, istri saya menduga bapak berkacamata itu seorang wartawan senior kompas. Menunggu satu menit istri saya masih berusaha untuk berfoto, tapi mereka masih ngobrol 4 mata, tebakan saya mereka sudah lama tak bertemu mungkin sudah 2 tahun, sambil menunggu saya berfoto ria dengan pak Chappy dan ibu, habis itu ketika saya mendekat lagi ke istri, mbak Marissa masih mengobrol, level tebakan saya meningkat mereka pasti teman SMA yang lama tak bertemu. Hingga lama menunggu obrolan mereka belum selesai dan berpindah ke kursi depan panggung, untuk sementara kesempatan istri saya berfoto dengan mbak Marissa hilang.
Ketika mbak Marissa dipanggil kepanggung berduet dengan bu Linda, barulah ketahuan, kata mbak Marissa “ saya pikir selama ini yang namanya Ragil itu orangnya nggak ada, coba pak Ragil berdiri”. Ternyata yang berdiri bapak berkacamata tadi, oaaalah… saya pikir mereka kawan lama, kalo tahu begini saya harusnya jadi tukang kritik yang konsisten terhadap mbak Marissa, supaya dapat hak ekslusif berbincang lama, dan istri saya bisa foto2 banyak gaya,hehehe. Mbak Marissa melanjutkan kalo pak Ragil ini sering mengkritiknya dan yang menolong adalah om Jay, hadirin bertepuk tangan untuk om Jay, berkali-kali mbak Marissa menyebut nama om Jay, (jadi benerkan om Jay, kalau om ini terkenal dikompasiana.?)

Saya & idola istri saya
Saya & idola istri saya

Acara ditutup dengan foto-foto bareng semua blogger, riuh rendah dan semua pasang gaya, yang paling heboh adalah mbak linda. Sayang saya tak punya foto bareng ini, kalo ada yang punya mohon dishare.

Eh sebelum pulang dapet oleh-oleh buku ‘Cat Rambut Orang Yahudi’ yang sudah ditandatangani oleh pak Chappy, plus kaos biru kompasiana. Hari ini begitu menyenangkan, Terima kasih pak Chappy, terima kasih kang Pepih, terima kasih KOMPASIANA.

Published by taroada

Engineer | Manunited Fans | Indonesia | Edinburgh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

The Daily Post

The Art and Craft of Blogging

WordPress.com News

The latest news on WordPress.com and the WordPress community.

Dwiki Setiyawan's Blog

Pencerah Langit Pikiran

Tofan Fadriansyah

Just another WordPress.com weblog

%d bloggers like this: