Sepak Bola

taroada/ photo by : opiqsaja
taroada /photo by : opiqsaja

“Aneh orang-orang itu, bola satu dikejar dua puluh dua orang, begitu didapat eh…malah ditendang”

Begitu kata beberapa orang yang tak mengerti mengapa begitu banyak orang menyenangi bermain bola, rela begadang sampai subuh hanya buat melihat tim kesayangannya bermain, tak punya duit tapi berani jauh-jauh datang ke stadion untuk mendukung timnya, juga ada yang sampai sehari semalam mengahbiskan waktunya hanya untuk bermain Game Bola. Apa sebenarnya yang menarik dari sepakbola sehingga pemainnya bisa dibayar mahal, kaosnya diburu, bahkan tiket pertandingannya sudah diborong untuk satu tahun oleh beberapa orang?.

Saya penggemar bola, senang bermain bola, suka nonton bola, senang koleksi baju bola meskipun ada yang palsu, menempel poster banyak pemain kesukaan di dinding asrama ketika masih mahasiswa, tidur berselimut Manchester United, mandi pakai handuk dengan motif klub kesayangan, jalan-jalan ke mall dengan kaos bola, dan ngobrol soal bola.

Saya menyenangi bola sejak kecil. Ketika masih dikampung, pertandingan bola selalu jadi hal yang menarik, mungkin karena itulah tontonan satu-satunya. Pemain kampung yang jago dribel dan mencetak gol, menjadi idola anak-anak waktu itu. Jadilah saya menjadikan waktu sore sepulang sekolah untuk bermain bola, ternyata menyenangkan menendang bola, menggiring bola, mengoper, menembak dan gol. Selebrasi pemain top dunia macam Bebeto yang menggendong bayi jadi sebuah contoh untuk merayakan gol. Kalau saya ditanya waktu itu kenapa suka main bola, maka saya jawab karena itu adalah permainan, jadi intinya untuk bergembira untuk bersenang-senang.

Ketika beranjak kuliah, di kampus ada begitu banyak lapangan bola tersebar disekitar kampus. Kalo dihitung-hitung bisa sekitar 15 buah, hampir setiap fakultas punya lapangan, bahkan mahasiswa pondokan mengklaim lapangan juga disekitar kampus. Permainan saya tak menanjak membaik ketika umur telah bertambah, yang main bola makin banyak yang pintar, tapi saya tetap menyukai main bola, dan saya menemukan sebuah alasan lain kenapa main bola itu begitu berguna. Ketika saya mendapat bola, seorang kawan yang tak kenal memanggil ” Merah, oper sini”, dia memanggil saya berdasarkan baju, seminggu kemudian ketika saya ingin melempar bola dia memanggil “Mad, lempar sini”. Saya tak pernah berkenalan secara langsung dengan memperkenalkan namanya padanya, tapi karena kami sering main sama-sama maka otomatis dia akan berusaha untuk mengetahui nama saya, begitu pula sebaliknya. Jadi alasan yang saya temukan adalah bermain bolalah agar banyak teman.

Prinsip itu saya terapkan ketika pertama masuk kerja di tahun 2004. Ketika saya sudah berkenalan dengan karyawan lama, saya menanyakan kapan jadwal main bola. Begitu jadwal tiba, saya ikut nimbrung main bola, dalam dua minggu sebagian besar karyawan sudah mengenal saya. Efektif dan efisien.

Hal lain yang saya pelajari dari bermain bola adalah sifat egaliter. Di  lapangan semua adalah pemain bola, tak peduli dia Guru, Tentara, Bos, Manager, OB, Tukang Becak semua setara posisinya kalo main bola. Tak pernah saya lihat orang bermain bola satu orang Manajer dianggap sama dengan 2 orang OB, sehingga ketika harus bermain jumlah pemain bisa timpang. Semua dianggap sama. Worker ditempat kerja saya yang lama, dengan seenaknya mengomel ketika tak dioper oleh Sang Manager yang juga Bosnya, dan dengan “kurang ajarnya” menekel Direktur yang sedang membawa bola. Jika itu terjadi dioffice, bisa dianggap sebagai pelanggaran tingkat III, tidak menuruti kehendak atasan. Tapi ini dilapangan bola, aturannya ada sendiri.

Ada yang suka main bola, tapi ada juga yang lebih suka menonton bola. Ketika diajak main bola selalu menolak, tapi kalau ditanya tentang hasil pertandingan dan detail bagaimana Messi mempecundangi Van Der Saar dalam perebutan Juara Champion tahun lalu, dengan penuh semangat dia bisa menjelaskannya, bagaimana proses gol itu tercipta, hasil lengkap dengan analisa statistik, analisa teknis, ada berapa jumlah offside, jumlah penonton, kecepatan angin, nama stadion, siapa nama wasitnya, bahkan nama hakim garis dan anak gawangnya (ahh lebay banget yah).

Ada juga yang lebih suka main PS Winning Eleven. Sebuah turunan dari permainan bola yang tak pernah bisa saya kuasai. Saya selalu kalah dalam soal ini, dan karena itu saya tak tega melihat diri saya terus menerus tersiksa oleh kekalahan sehingga memutuskan cabang olahraga ini tak saya mainkan, disamping memang bermain game ini telah menghilangkan daya tarik dari main bola yaitu interaksi antar pemain, masa’ mau ngobrol dengan pemain di TV.

Nah, saatnya main bola yuk..

Published by taroada

Engineer | Manunited Fans | Indonesia | Edinburgh

2 thoughts on “Sepak Bola

  1. Ok Mad, Cuman kata Ustadz, main BOla boleh2 aja tapi ingat! jangan sampai hal tersebut menyita Waktu kita untuk melakukan hal-hal yang jauh lebih bermanfaat untuk dunia wal akhirat kita.

    Oke sappo, makasih

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

The Daily Post

The Art and Craft of Blogging

WordPress.com News

The latest news on WordPress.com and the WordPress community.

Dwiki Setiyawan's Blog

Pencerah Langit Pikiran

Tofan Fadriansyah

Just another WordPress.com weblog

%d bloggers like this: