
H. Muhammad Jusuf Kalla telah resmi tak menjadi wakil presiden Republik Indonesia. Hari-hari terakhir ini kita harus membiasakan diri agar tidak salah sebut menyebut nama Wakil Presiden. Pada pesta perkawinan teman saya kemarin di Bekasi foto SBY dan JK masih tergantung di bawah garuda pancasila, dan diatas kedua mempelai yang terus menerus tersenyum, dan kadang saling colek-colekan (tak apapa kan sudah halal Wi). Soal foto, JK dalam kampanye menyebut bahwa salah satu dari foto tersebut nantinya akan berganti posisi atau berganti orang, dan ternyata fotonyalah yang harus diganti dengan foto yang baru, kini tak ada lagi kumis tipis di foto Wapres yang baru.
Untuk mengenang selesainya masa tugas JK, Hamid Awaluddin menulis buku untuk mantan bosnya tersebut. Judul bukunya Solusi JK : Logis, Spontan, Tegas dan Jenaka. Hamid Awaluddin, kelahiran Pare-pare 5 Oktober 1960, adalah Duta Besar Indonesia untuk Rusia. Beliau mantan anggota KPU dan Menteri Hukum dan HAM Kabinet Indonesia Bersatu jilid Satu sebelum Reshuffle. Hamid dan JK dikenal sangat dekat dan menjadi pionir dalam perundingan damai GAM dan RI di Helsinki.
Buku ini bercerita bagaimana JK menyelesaikan masalah-masalah dan menjawab pertanyaan yang timbul dalam banyak aspek kehidupan yang dijalaninya, baik sebagai Menteri, Wapres, pengurus partai, pengurus masjid, maupun setelah menjadi Capres. Hamid menulis buku ini dengan tujuan :” Saya hanya tak ingin agar kita cepat tua untuk melupakan bahwa di negeri kita ini, pernah ada seseorang yang teguh dalam pendirian, tak mengenal titik henti, logis dalam berpikir, cepat dalam tindakan, dan kaya dalam cara untuk mencapai tujuan. Diatas segalanya, ia tak pernah ragu untuk bertindak karena ia melakukan sesuatu secara ikhlas, tanpa digelitik oleh godaan seketika yang memberi kenikmatan sesaat. Begitulah : JK”
Latar belakang JK adalah pengusaha yang memiliki ciri cepat berpikir, berani menambil resiko, dan selalu mencari teman dan tak suka mencari musuh. JK dikenal banyak kalangan sebagai orang yang mampu menembus elit-elit ormas, maka tak heran jika dalam pemilu lalu, JK didukung oleh dua ormas terbesar yaitu NU dan Muhammadiyah. Keluwesan JK dalam berteman dan menjaga hubungan baik dengan orang lain ditunjukkan dengan hubungannya yang tetap harmonis dengan Megawati Soekarno Putri, mantan bosnya yang dikalahkannya bersama dengan SBY dalam Pilpres tahun 2004 dan masih santainya beliau berhubungan dengan SBY, lawannya dalam Pemilu 2009. Ada cerita dalam buku ini bahwa ketika mencalonkan diri menjadi Wakil Presiden berpasangan dengan SBY tahun 2004, JK mendatangi Mega dan menyampaikan keinginannya secara lansung dan terbuka, dan Mega mengerti posisi JK, dan sikap sportivitas itu menjadikan Mega tetap dan selalu menghargai JK.
Ada banyak cerita yang bisa kita gunakan sebagai teladan dan referensi, bagaimana menyelesaikan masalah dengan cara yang elegan, menyelesaikan masalah yang rumit dengan cara yang sederhana. Masalah seperti penentuan idul fitri yang kadang berbeda antara Muhammadiyah dan NU yang biasanya mempersoalkan apakah dalam penentuan awal bulan syawal itu melalui perhitungan atau dengan melihat bulan langsung, masalah ini dijembatani oleh JK dengan memberi gambaran bahwa Apollo untuk sampai kebulan menggunakan roket dan roket dibuat dengan perhitungan, jadi tak perlu repot-repot mempertentangkan ” …, Nah Kalau manusia bisa mendarat dibulan karena perhitungan, mengapa hanya untuk melihat bulan saja kita tidak menggunakan perhitungan saja“. Juga kebijakan kapan kenaikan harga minyak mulai dilakukan, yang dengan pintarnya oleh JK dinaikkan pada saat bulan puasa, dengan alasan orang tidak akan arah pada saat berpuasa, dan setelah lebaran orang sudah lupa kenaikan harga BBM, yang paling penting katanya terbuka kepada rakyat, dan kita semua tahu bagaimana JK menunjukkan keberaniannya berhadapan dengan pers dan menjelaskan langsung ke masyarakat background dari kebijakan tersebut.
Dibagian akhir buku ini dari total 49 buah artikel, adalah tentang kepintaran JK dalam menjadi juru damai dalam konflik Poso dan Ambon. JK mendekati kedua pihak yang betikai dengan metode yang membuat masing-masing pihak merasa nyaman untuk berdamai. JK berani menantang kedua pihak untuk menunjukkan dalil yang memperbolehkan untuk membantai dan saling membunuh ” Ayo, saya tantang kalian.Apa ada perintah Tuhan yang begitu…Kalian akan masuk neraka sebab agama menganjurkan kita agar hidup damai“. Kata Hamid “JK sukses secara gemilang merajut benang-benang bangsa yang terserak karena kekerasan, menjadi sebuah sulaman indah”.
Silahkan dibaca sendiri bukunya, sudah ada di Gramedia, harga 39.900, jumlah halaman 197+xxiv
JK, lebih cepat lebih baik …
LikeLike