Klaim Malaysia

Sorry sebelumnya my fren, jika tulisan ini tidak cukup populer bagi teman-teman yang membenci Malaysia dengan segala rupa bentuknya. Saya hanya ingin mendudukkan persoalan seperti seharusnya masalah itu dipandang. Ini sedikit subyektif, tapi tak apalah.

Sekarang orang-orang lagi ribut mengenai klaim Malaysia tentang tari tor-tor, isu ini berkembang dan kemudian menjadi bola panas yang terus menggelinding ketika semakin banyak politikus yang mengomentarinya. Mari kita lihat sumber beritanya disini:

http://www.bernama.com/bernama/v6/bm/newsindex.php?id=673172

yang bisa disimpulkan dari sana:

1. Tarian tor-tor akan dikukuhkan sebagai warisan negara Malaysia

2. Pengukuhan ini dengan syarat, pertunjukan berkala mesti ditunjukkan secara berkala di acara-acara keramaian

3. Pengukuhan tersebut adalah usulan dari masyarakat Mandailing di Malaysia yang bertujuan agar masyarakat Mandailing diakui asal-usulnya dan juga untuk asimilasi dengan masyarakat lain

4. Masyarakat mandailing di Malaysia ingin seni dan budayanya dikenal maysarakat.

Nah, dari ke-empat kesimpulan yang mendasari kehebohan di tanah air, dimana letak masalahnya? Masalahnya adalah sebagian orang menganggap bahwa ini berarti Malaysia mencaplok budaya Indonesia dimana buadaya tari Tor-tor berasal dari Indonesia.

Tapi kehebohan ini sebenarnya tak perlu. Saya mengambil contoh, di Indonesia masyarakat etnis tionghoa, yang pastinya budaya kesehariannya mirip dengan nenek moyangnya di Cina daratan, meminta keberadannya diakui di Indonesia. Oleh Indonesia etnis Tionghoa bahkan diberikan satu hari libur spesial untuk memperingati Tahun Barunya, Cina tidak pernah protes akan hal tersebut, malah mungkin bersyukur karena budayanya telah diakui di Indonesia, sementara di Indonesia sendiri tak ada satupun etnis yang memiliki Tahun Baru sendiri, coba bayangkan kalau semua etnis yang jumlah ratusan minta satu Tahun Baru sendiri, bisa-bisa kita semua libur setiap hari.

Sekitar 200 tahun lalu sebelum negara Indonesia dan Malaysia ada, leluhur orang Mandailing merantau ke Semenanjung Malaya, sebuah daerah yang sekarang menjadi bagian dari Malaysia, mereka tentu berangkat kesana dengan membawa serta budaya dan adat istiadat dari kampung halamannya, mereka menamai anaknya dengan marga-marga Mandailing, mengupacarakan pernikahannya dengan pesta adat, tapi kini mereka adalah warga Malaysia. Ketika mereka tak ingin tercerabut dari akar budayanya di tanah leluluhurnya di Tana Mandailing di wilayah Indonesia, mereka mengusulkan kepada negara tempat mereka bernaung agar diakui keberadaannya, negara tersebut berusaha mengakomodasi tapi dengan syarat-syarat tertentu. Ketika mendengar hal tersebut, justru kita di negara asal dari budaya tersebut protes, kenapa budaya yang berasal dari Indonesia diakui di sana. Bukannya sesuatu yang baik jika budaya kita diakui di negara lain?. Kalau kita protes untuk hal seperti ini, maka yang terjadi maka Cina bisa protes, karena Barongsai dipertunjukkan di banyak acara, bahkan acara partai-partai, juga protes ketika kita bilang Bakso asli Indonesia. Portugis bisa protes karena kita mengklaim keroncong asli Indonesia. India bisa protes karena “Bhinneka Tunggal Ika” di lambang negara kita asalnya dari Bahasa Sansekerta bahkan kata “pancasila” sendiri asalnya juga dari Sansekerta. Orang Arab bisa protes karena kita menamai hari dari angka-angka arab,  Arab juga bisa protes karena orang tua saya menamai saya nama dalam bahasa Arab.

Kita mungkin masih protes, tapi bagi orang Malaysia, protes semacam ini tidak penting untuk ditanggapi, mereka lebih fokus membangun pariwisatanya. Malaysia menyebut dirinya Truly Asia, mereka mengakui keberadaan orang Cina, India, Arab, Melayu, Bugis, Jawa dan kini Mandailing berharap diakui keberadaannya.

Tari Piring di salah satu Resto di Malaysia (dok. Pribadi)

Published by taroada

Engineer | Manunited Fans | Indonesia | Edinburgh

4 thoughts on “Klaim Malaysia

  1. orang china sebelum era Gusdur sangat ketakutan….
    pembantaian, penjarahan, pemerkosaan dimana”
    imlek diberlakukan karena AGAMA, bukan RAS
    seperti hijriyah, masehi, suro maupun yang lainnya…
    banyak orang malaysia yang salah pemahaman

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

The Daily Post

The Art and Craft of Blogging

WordPress.com News

The latest news on WordPress.com and the WordPress community.

Dwiki Setiyawan's Blog

Pencerah Langit Pikiran

Tofan Fadriansyah

Just another WordPress.com weblog

%d bloggers like this: