Arthur’s Seat dan Legenda Raja Arthur

Tak sah ke Edinburgh kalau belum ke Arthur’s Seat, begitu kata orang-orang. Seperti orang ke Jakarta belum ke Monas kata Muhammad Aulia, teman sesama mahasiswa dari Indonesia di Edinburgh. Sebenarnya sudah dari minggu-minggu sebelumnya di ajak Aulia ke Arthur’s Seat karena letaknya yang terlalu jauh dari flatnya, namun dingin di pagi hari menghalangi niat tersebut.

Beruntunglah cuaca hari sabtu 5/10/13, cerah dan segar. Matahari bersinar, langit tampak terang dan tak nampak tanda-tanda hujan. Segera saya text Aulia dan ajak ke Arthur’s Seat. “OK” katanya “kita ketemu di Old College, University of Edinburgh”.

Kami berangkat dari South bridge menuju ke Scottish Parlement, berbelok di Museum of Earth dan kemudian menuju ke Hollyrood Park.

Naik gunung bukan hobby saya. Meskipun saya sebenarnya tidak pernah naik gunung beneran, sewaktu kecil saya biasa ke kebun bapak di Bulu Caggillung di Daerah Wajo, sebenarnya itu bukit tapi lama perjalanan kaki yang ditempuh kesana bisa 7 jam. Sewaktu SD, saya juga pernah menemani tetangga ketika pertama kali akan ditugaskan sebagai Guru Daerah Terpencil di Bila, ini naik bukit juga dan jalan kaki 6 jam. Tapi naik gunung beneran, tak pernah, jadi saya tak termasuk mantan mahasiswa pencinta gunung, kalo pencinta alam mungkin saya termasuk J.

Arthurs seat bisa dinaiki dari berbagai sudut, tapi karena kami lewatnya Scottish parliament, maka mulai naiknya dari sana, perjalanannya tak terlalu mendaki meskipun berkeringat juga. Pemandangan pertama adalah St. Margaret’s Loch, danau kecil dengan banyak bangau yang beterbangan Nampak indah dari atas.

Sedikit naik keatas lagi Nampak reruntuhan bangunan sisa Kapel  St Anthony. Kapel ini dibangun sekitar Abad ke-15, dan dari catatan terakhir Paus memberikan dana untuk perbaikan pada tahun 1426, sementara itu peribadatan terakhir adalah tahun 1581. Tak ada yang tahu persis seperti apa bentuk asli kapel tersebut karena yang tersisa hanya satu bagian tembok.

Reruntuhan Kapel St. Anthony
Reruntuhan Kapel St. Anthony

Dari kapel tersebut kita naik lagi keatas, beberapa orang tampak berusaha menuju puncak juga, ada yang mengambil jalur pendakian yang lebih mudah yang bisa diakses mobil. Banyak juga yang membawa peliharaannya jalan-jalan.

Jalur ke Puncak
Jalur ke Puncak

Mendekati puncak, jalanan diberi semacam pagar untuk memudahkan pendakian. Begitu sampai di puncak Arthur’s Seat, angin dingin menusuk tulang, tangan saya rasanya membeku, darah tropis saya tak terbiasa dengan angin dingin. Dipuncak Arthur’s Seat kita dapat melihat pemandangan Edinburgh 360derajat, tampak dari atas Old College, Edinburgh Castle, Scott Monument, Pelabuhan, Stadion, Calton Hill, dan masih banyak lagi. Di puncak inilah orang-orang berfoto dengan bermacam gaya untuk mengabarkan kepada saudara “Aku telah sampai di Edinburgh”.

Edinbra 360derajat
Edinburgh 360derajat

Legenda Raja Arthur

Raja Arthur sudah menjadi legenda Dunia, ceritanya dibukukan dan difilmkan. Cerita tentang Raja Arthur punya banyak versi dari banyak pengarang. Dia sebenarnya Raja Jaman Abad ke-5, namun ceritanya pertama kali muncul pada tahun 830 oleh seorang pengarang bernama Nenius. Dalam cerita ini Raja Arthur memimpin pasukan Britania menghadapi gempuran bangsa Anglo-Saxon dari Jerman, Nenius mencatat terdapat 12 pertempuran yang dipimpin oleh King Arthur. Cerita Raja Arthur berkembang seriring zaman, dia berubah menjadi legenda dan mitos, dan mitos tentang Merlin, Excalibur dan The Knight of Round Table menjadi lebih penting dari sejarah itu sendiri, pada akhirnya Raja Arthur diangkat sebagai Cerita Pahlawan untuk menyemangati Bangsa Britania tentang kebaikan dan kegigihan, kesetiakawanan dan kegigihan melawan kejahatan.

Dari cerita tersebut, apa hubungannya Arthur’s Seat dengan Raja Arthur. Banyak dugaan bermuculan seperti juga misterinya sejarah Raja Arthur sendiri. Yang paling narsis menyatakan bahwa memang ada hubungan antara Raja Arthur dengan Arthur’s Seat, disanalah tempat pasukan Raja Arthur jaman dahulu, tapi ada juga yang menyatakan bahwa nama tersebut karena kesalahan pengejaan Ard-na-Said, “Height of Arrows”, mungkin diantaranya pernah disebut “Archer’s Seat”, dan jadilah Arthur’s Seat.

Bagaimanapun cerita asal muasal nama Arthur’s Seat menjadi tidak penting bagi orang Edinburgh, mereka lebih senang percaya, Arthur’s Seat memang ada hubungannya dengan Raja Arthur. Tak perlu disalahkan, kita juga lebih senang demikian, dan yang lebih penting bagi saya…

I WAS THERE……:)

I Was Here
I Was Here

Salam dari Edinburgh

Published by taroada

Engineer | Manunited Fans | Indonesia | Edinburgh

2 thoughts on “Arthur’s Seat dan Legenda Raja Arthur

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

The Daily Post

The Art and Craft of Blogging

WordPress.com News

The latest news on WordPress.com and the WordPress community.

Dwiki Setiyawan's Blog

Pencerah Langit Pikiran

Tofan Fadriansyah

Just another WordPress.com weblog

%d bloggers like this: