Dulu, dulu banget, ada yang pernah bilang ke saya, “ Indonesia itu tidak dikenal di Luar Negeri, yang ditahu orang luar itu Bali, bahkan ada yang tidak tahu bahwa Bali itu di Indonesia”
Saya yang tak punya kesempatan ketemu dengan orang luar negeri di negeri mereka, tak bisa mengkonfirmasi hal tersebut. Saya merasa heran, kenapa ada orang yang tak tahu Indonesia. Ini Indonesia Bos, dari Sabang sampai Merauke itu kelihatan banget di Peta. Okelah, memang dipeta orang Indonesia, Indonesia ada di tengah-tengah peta dan di peta Negara lain semacam di Eropa, Indonesia ada di pinggir-pinggir. Tapi, Indonesia itu panjang loh, perjalanan dari Sabang ke Merauke hanya beda sedikit lamanya dengan penerbangan dari Dubai ke Glasgow, padahal itu sudah melewati Turki, daratan eropa barat dan Inggris sendiri. Tak mungkin hamparan pulau-pulau sepanjang itu luput dari pandangan orang-orang ketika melihat peta.
Karenanya begitu saya memperkenalkan diri dengan teman-teman dari 18 arah mata angin, saya selalu bertanya, apakah mereka tahu Indonesia. Okelah tak usah tanya si Quyyum dari Malaysia, si Saad keturunan Palestin, atau si Badar dari Saudi Arabia, atau si Joanna dan kawan-kawannya dari China, atau si Thailand berwajah China, mereka sudah pasti tahu Indonesia.
Sandya, gadis prancis keturunan Iran tahu Indonesia. Teman dari Mexico tahu Jakarta, teman-teman keturunan Alexander the great dari Greece semua tahu Indonesia, si Kazakztan juga ngerti Indonesia, si Scottish yang pemalu, si Irish yang ramah, si Chili yang panjang kumisnya semua tahu Indonesia. Semua yang saya tanya tahu Indonesia.
Ya, mungkin karena mereka cukup berpendidikan dan malu kalau dibilang pelajaran geografinya jelek. Tapi itu menunjukkan satu hal, pada dasarnya Indonesia itu dikenal di dunia internasional. Beda kalau saya tanya tentang Makassar, Sulawesi atau Kadidi kampong halaman saya, tak ada yang tahu, tapi hampir semuanya tahu Jakarta dan Bali. Bahkan Sandya pernah ke Indonesia dan punya sepupu orang Indonesia.
Indonesia terkenal di University of Edinburgh bahkan disebut dalam dua slide presentasi Professor bahasa pada saat Induction Week mahasiswa Post Graduate yang jumlahnya mungkin 300 orang saat itu diruangan.


Di Hall A, New College, salah satu gedung berarsitektur indah nan cantik dari University of Edinburgh, Professor Tony Linch memaparkan tentang kultur perkuliahan di UoE. Beliau memberi contoh, ada mahasiswa yang selalu bertanya di kelas, bahkan pertanyaan yang bodoh sekalipun, ada mahasiswa yang selalu duduk didepan dan mencatat setiap ucapan dosennya, tapi yang membuat dia paling berkesan adalah mahasiswa Indonesia yang pernah dia ajar.
Professor Linch bercerita tentang Mahasiswa Indonesia-nya
Dalam sebuah kelas yang berisi orang Indonesia semua, salah satu yang tertua menjadi semacam juru bicaranya. Dan inilah dialog sang professor, ketika memberikan kesempatan kepada kelas tersebut untuk bertanya :
TL = Tony Linch (Sang Professor)
S = Student

Saya tersenyum melihat slide ini, Indonesia banget, dan “gue banget nih”. Di ruangan tersebut mungkin tak banyak orang Indonesia, setahu saya selain saya ada lagi satu orang yang duduk agak berjauhan, diapun tersenyum melihat slide tersebut.
Tapi ternyata, masih ada satu slide lagi, dan ini jawabannya:

Seisi ruanganpun tersenyum dengan jawaban tersebut, saya sekali lagi bilang, waah Indonesia banget nih, gue banget :).
Saya awalnya berpikir hanya saya yang tidak akan banyak bertanya di kelas, meskipun keinginan sebenarnya menggebu-gebu. Dalam 3 minggu terakhir ini dari 8 orang China di kelas tak satupun yang bertanya atau menjawab pertanyaan dosen, saya tahu penyebabnya, ini kendala bahasa. Kalau saya sih masih menjawab sekali-sekali atau bertanya sekali-sekali. Tapi sisi positif dari budaya yang berkembang disini adalah, mereka tak akan menertawakan kemampuan berbahasa inggris kita, mereka menunggu dengan sabar satu persatu kalimat itu meluncur dari mulut kita, dan meminta dengan sopan untuk diulangi kalau mereka kurang jelas. Dan saya dalam satu atau dua kali kesempatan membuat kelas terpaksa freeze, saya seperti menghentikan waktu, saya berusaha mencari padanan kata tertentu dalam bahasa inggris, tapi lama baru ketemu, saya menengok mencari teman malaysia dia tak menghadap saya, untunglah teman sekelas dan dosen mau bersabar. Mereka mengerti bahwa bahasa Inggris itu bukan bahasa ibu saya. Ini kan bahasa inggris bos, bukan bahasa Indonesia, jadi wajar kalau saya agak tersendat :). Seandainya kuliahnya dalam bahasa bugis mungkin dosennya yang bakal bosan mendengar saya bicara. hehehe.
Saya dari Indonesia, masih ada yang belum kenal Indonesia? Gak Gaul deh Loe…:)
King’s Building
Edinburgh
25/09/13

BACA JUGA :
– LAURISTON CASTLE, TAK Berubah Sejak 1926
mantap sekali, asli tau BUGIS
LikeLike
Hi K’ Amma..
Is that me saying that? Hehe.. My experience n It’s over 10 years ago n now different.. I think Indonesia is well known than before, not only Bali 😉
Met ketemu disini k 🙂
LikeLike
Hehehe, i don’t remember maybe you or anyone, but it’s very popular 10 years ago. Yes, its different now, i guess indonesia is very popular now.
LikeLike
Now they know! The beauty of the mother earth’s legacy, Indonesia… Let them know also about how gorgeous Kadidi or Sidrap is, kak! Keep writing such a inspiring story like that! MERDEKA!
LikeLike
Yes, one day Kadidi will be famous 🙂
LikeLike
bangga menjadi Indonesia
LikeLike
Reblogged this on temantour.
LikeLike