Memilih klub bola sama seperti memilih pasangan hidup. Entah karena klubnya bagus sehingga kita mencintainya, atau karena kita mencintainya sehingga klub itu tampak selalu bagus. Seperti juga pasangan hidup, ada yang mempunyai dua, tiga bahkan empat pasangan, tergantung hormon dan tingkat kesetiaannya. Tipe SETIA atau setiap tikungan ada juga berlaku di Sepakbola. Ada yang memiliki klub kesayangan di setiap negara, ada yang menjagokan Real Madrid di Spanyol, Juventus di Italy, Bayern Muenchen di Jerman, Manchseter United di Inggris, Porto di Portugal dan Bujumfura FC di Uganda (ahh klub bola apa pula itu?). Ada juga yang punya empat klub kesayangan di Eropa, yang bingung sendiri kalau semua klub ini ketemu di Liga Champion, dia seperti suami yang kebingungan (atau bersorak) melihat madunya bertempur.
Level cinta para fans ke klub ini bisa melebihi kecintaan mereka terhadap kehidupan. Ada yang sampai jual rumah dan pasangan hidup (konon terjadi di Afrika), bahkan ada yang sampai bunuh diri karena malu, atau menembak teman sendiri.
Saya sendiri hanya menggemari satu klub, saya ini tipe monogami dalam memilih klub. Inisiasi pemilihan klub saya sewaktu SMA, dimana Manchester United sedang berjaya. Ketika sudah senang pada klub ini, semuanya jadi indah. Sir Alex Ferguson selalu datang memenuhi janji-janjinya membawakan trofi setiap tahunnya. Sekarang masa-masa indah Ferguson sudah selesai. Tak ada yang sebaik beliau, tapi saya sudah terlanjur suka dengan Manchester United. Karenanya menang atau kalah saya tetap mendukung United.
Saya mau anak saya mendukung Manchester United, meskipun nampaknya dia juga senang dengan Arsenal. Saya harus mendidiknya agar menjadi lebih tabah jika memilih klub ini.

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});